KEHIDUPAN BARU DI KAMPUNG KUSTA


Sinar matahari siang itu mulai menembus daun-daun hutan jati di kawasan Wireskat, sebuah tempat rehabilitasi bagi para mantan penderita kusta yang berada di Dukuh Polaman, Desa Sendangharjo, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa tengah.


Perkampungan kecil seluas 6 hektare yang resmi berdiri pada 21 Agustus 1971 dan didirikan oleh Rm Ernesto Fervari CM bersama dengan Rm Sebastiano Fornasari CM itu sekarang dihuni 28 mantan penderita dan 4 orang normal.


Di tempat inilah para mantan penderita kusta yang berasal dari berbagai daerah menemukan kedamaian dan pengharapan hingga pengobatan secara rutin.


Stigma masyarakat mengenai penyakit kusta menjadi alasan utama para mantan penderita kusta enggan untuk kembali ke kampung halaman. Maria Jati (50) asal Lasem pernah mencoba pulang namun tetangga banyak yang tidak mau menerima.
"Saat pulang masyarakat selalu memandang dengan aneh setiap bagian tubuh yang hilang seperti jari atau kaki" katanya.


Ia mengaku memilih hidup di sini bersama saudara senasib yang membuat nyaman, merasa kembali hidup, dicintai dan menjadi saudara. Hal ini juga sama dirasakan dengan para penderita kusta yang lain, bahkan ada yang beristri dengan orang normal dan memiliki keturunan yang normal dan penderita yang meninggal dunia dikubur di sini.



"Saat ini hanya selalu berdoa dan memohon ketabahan sehingga penderitaan secara fisik dan batin ini menjadikan hidup kaya akan iman." pungkasnya.



Bukan hanya penderita saja yang mendapat stigma negatif bahkan seorang anak penderita yang normal sering mendapat perlakuan yang menyakitkan hati. Seperti Anny seorang pelajar SMP, dulu sering mendapat ejekan dari teman-teman di sekolahnya yang membuatnya menangis saat pulang sekolah.


Pemahaman mengenai penyakit kusta kepada masyarakat menjadi tugas penting guna menghapus stigma negatif tentang mereka.



Komentar

Postingan Populer